Hampir seminggu sudah aku terinfeksi penyakit menular “cacar air” atau dalam istilah kesehatan disebut sebagai Varisela, Chickenpox. Penyakit ini disebabkan oleh virus varicella-zoster yang menimbulkan ruam pada kulit berupa sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar maupun menonjol, lepuhan berisi cairan serta keropeng, dan terasa gatal. Gejalanya sudah mulai terasa pada jumat malam tanggal 8/12 lalu dimana aku merasa tidak enak badan dan agak meriang alias demam. Namun waktu itu aku tidak curiga sama sekali bahwa itu gejala cacar sehingga aku cenderung lalai untuk memperkuat daya tahan tubuhku dan membiarkan diriku terus beraktivitas, ikut diskusi dengan mas Yoyok dan kemudian pergi ke Bandung untuk bantu fasilitasi TOT GSMnya WALHI Jabar.
Aku memang belum pernah kena cacar sebelumnya, walaupun dulu waktu sekolah dasar aku pernah diimunisasi cacar namun ternyata kali ini tidak mampu membentung penyakit tersebut. Dan yang menjadi persoalan besar bagiku adalah waktunya yang tidak tepat, dimana penyakit ini menginfeksi diriku ketika aku lagi menjalani kursus singkat bahasa Inggris di Jakarta dan tidur di kantor Eknas WALHI dengan fasilitas ”ala kadarnya”. Penyakit ini membuat aku sudah 4 hari tidak bisa masuk belajar dan kemungkinan besokpun aku belum bisa ikut kursus. Payahnya lagi kawan-kawan tidak membolehkan aku mandi, katanya cacarnya akan semakin banyak jika kena air, belakangan aku baru tahu hal tersebut merupakan informasi yang salah karena justru jika kena cacar kita dianjurkan untuk mencuci kulit atau mandi sesering mungkin dengan sabun atau air yang diberi obat antiseptik.
Kata ilmu kesehatan, jika kita sudah pernah kena cacar air, maka kita tidak akan pernah kena lagi karena kita sudah memiliki kekebalan. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster. Gejalanya mulai timbul 10 – 21 hari setelah terinfeksi. 24-36 jam setelah timbulnya gejala awal, muncul bintik-bintik merah datar (makula). Kemudian bintik tersebut menonjol (papula), membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel) yang terasa gatal, yang akhirnya akan mengering. Proses ini memakan waktu selama 6-8 jam. Selanjutnya akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan yang baru. Pada hari kelima, biasanya sudah tidak terbentuk lagi lepuhan yang baru, seluruh lepuhan akan mengering pada hari keenam dan menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari.
Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau bahkan berakibat fatal dengan terjadinya komplikasi berupa , Pneumonia karena virus, peradangan jantung, peradangan sendi, peradangan hati, infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa), Ensefalitis (infeksi otak).
Bagaimana cara mengobatinya?
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang mengandung mentol atau fenol.
Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya:
- kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun
- menjaga kebersihan tangan
- kuku dipotong pendek
- pakaian tetap kering dan bersih
Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-virus asiklovir. Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan aspirin. Obat anti-virus boleh diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir biasanya diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat. Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit jika diberikan dalam wakatu 24 jam setelah munculnya ruam yang pertama. Obat anti-virus lainnya adalah vidarabin.
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.
Tulisan lengkap tentang cacar bisa anda dapat di http://www.medicastore.com/
Sekarang aku dalam proses sembuh dan memang harus segera sembuh. Aku mesti sehat, masuk kursus lagi dan ujian toefl tanggal 20/12. Godbye cacar!
Aku memang belum pernah kena cacar sebelumnya, walaupun dulu waktu sekolah dasar aku pernah diimunisasi cacar namun ternyata kali ini tidak mampu membentung penyakit tersebut. Dan yang menjadi persoalan besar bagiku adalah waktunya yang tidak tepat, dimana penyakit ini menginfeksi diriku ketika aku lagi menjalani kursus singkat bahasa Inggris di Jakarta dan tidur di kantor Eknas WALHI dengan fasilitas ”ala kadarnya”. Penyakit ini membuat aku sudah 4 hari tidak bisa masuk belajar dan kemungkinan besokpun aku belum bisa ikut kursus. Payahnya lagi kawan-kawan tidak membolehkan aku mandi, katanya cacarnya akan semakin banyak jika kena air, belakangan aku baru tahu hal tersebut merupakan informasi yang salah karena justru jika kena cacar kita dianjurkan untuk mencuci kulit atau mandi sesering mungkin dengan sabun atau air yang diberi obat antiseptik.
Kata ilmu kesehatan, jika kita sudah pernah kena cacar air, maka kita tidak akan pernah kena lagi karena kita sudah memiliki kekebalan. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster. Gejalanya mulai timbul 10 – 21 hari setelah terinfeksi. 24-36 jam setelah timbulnya gejala awal, muncul bintik-bintik merah datar (makula). Kemudian bintik tersebut menonjol (papula), membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel) yang terasa gatal, yang akhirnya akan mengering. Proses ini memakan waktu selama 6-8 jam. Selanjutnya akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan yang baru. Pada hari kelima, biasanya sudah tidak terbentuk lagi lepuhan yang baru, seluruh lepuhan akan mengering pada hari keenam dan menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari.
Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau bahkan berakibat fatal dengan terjadinya komplikasi berupa , Pneumonia karena virus, peradangan jantung, peradangan sendi, peradangan hati, infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa), Ensefalitis (infeksi otak).
Bagaimana cara mengobatinya?
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang mengandung mentol atau fenol.
Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya:
- kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun
- menjaga kebersihan tangan
- kuku dipotong pendek
- pakaian tetap kering dan bersih
Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-virus asiklovir. Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan aspirin. Obat anti-virus boleh diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir biasanya diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat. Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit jika diberikan dalam wakatu 24 jam setelah munculnya ruam yang pertama. Obat anti-virus lainnya adalah vidarabin.
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.
Tulisan lengkap tentang cacar bisa anda dapat di http://www.medicastore.com/
Sekarang aku dalam proses sembuh dan memang harus segera sembuh. Aku mesti sehat, masuk kursus lagi dan ujian toefl tanggal 20/12. Godbye cacar!
No comments:
Post a Comment