Saturday, September 29, 2007

Vibrant! Hadapi tantangan fasilitasi dengan sepenuh hati

Minggu lalu tepatnya tanggal 21-22 September saya diminta memfasilitasi sebuah lokalatih advokasi tambang regional Kalimantan yang diselenggarakan oleh WALHI Kaltim dengan peserta 14 orang. Pelatihan bertempat di sekretariat Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) di Kuaro kabupaten Paser Kaltim. Dengan agenda dan target pelatihan yang cukup banyak termasuk dalam satu sesi saya juga mesti berperan untuk menjadi nara sumber sedangkan waktu yang diberikan cuma 2 hari membuat saya mesti mengerahkan energi memutar otak untuk membuat rencana prosesnya. Mulanya saya agak ragu dengan waktu yang cuma 2 hari tersebut namun kemudian saya teguhkan diri saya bahwa memang sudah menjadi tugas fasilitator untuk membantu perserta pelatihan dalam mencapai tujuan mereka dengan waktu yang terbatas. Saya kira disinilah letak tantangannya sebagai seorang fasilitator untuk menciptakan proses yang dapat membuat terjadinya vibrant efek. Dan tanpa ragu saya tetapkan alur dan prosesnya kemudian saya buat dalam bentuk power point.

Hanya sesampainya di lokasi pelatihan saya mendapatkan tantangan kedua, yaitu tempat pelatihan yang sangat tidak memadai, dimana tempatnya selain sempit juga berada di pinggir jalan sehingga suara lalu lalang kendaraan bermotor terdengar + tempat tersebut juga sekalian dijadikan tempat tidur para peserta dan saya sendiri. Padahal salah satu prasyarat belajar yang baik adalah lokasi belajar yang nyaman dan kondusif. Disini lagi-lagi saya ditantang untuk mampu meramu prosesnya dengan melihat kondisi yang ada. Namun untungnya sebagai seorang aktivis saya cukup terlatih dan sering bekerja dibawah tekanan dalam situasi yang tak terduga dan pengalaman tersebut tentunya cukup membantu saya dalam menghadapi situasi demikian untuk tidak menyerah menciptakan proses yang vibrant. Dalam benak saya apapun hasilnya itulah hasil terbaik yang bisa saya lakukan dan saya harus yakini itu, lakukan sepenuh hati.

Lokalatihnya sendiri saya mulai dengan perkenalan diri saya melalui slide yang kemudian saya lanjutkan dengan meminta peserta menggambar wajah mereka masing-masing pada selembar kertas yang kemudian saya bagikan kembali secara acak kepada peserta. Saya minta mereka untuk menemukan gambar siapa yang mereka pegang dan jika sudah ketemu mereka mesti saling berkenalan satu sama lainnya. Setelah semua saling menemukan dan berkenalan selanjutnya mereka memperkenalkan temannya masing-masing tersebut. Proses selanjutnya saya mintakan mereka untuk menuliskan namanya dan nama tokoh idola mereka dibawah nama mereka sambil mereka membayangkan akan tokoh tersebut dan teladan apa yang mampu mendorong semangat, kreativitas dan komitmen mereka terhadap lingkungan dan kemanusiaan yang kemudian mereka ceritakan satu persatu bergiliran sambil membayangkan bahwa mereka adalah tokoh tersebut. Semua tokoh mereka adalah gambaran orang-orang yang secara kuat berdiri pada garis memperjuangkan dan menegakkan keadilan. Pada titik ini saya ingin mendorong mereka menemukan bayangan diri yang jelas atas diri mereka dan apa yang akan diperjuangkan kedepan.

Dalam sesi materi dan diskusi, sebelum nara sumber memberikan materinya saya menggunakan metode menggambar dan membuat kliping dengan beberapa pertanyaan untuk mereka memahami tentang isu pertambangan dan bagaimana melakukan advokasi baru kemudian dipresentasikan dan didiskusikan. Alhasil mereka dapat menjelaskan cukup baik isu pertambangan dan bagaimana melakukan advokasi, stelah itu baru dipoles dan dikunci dengan materi. Selanjutnya saya meminta mereka untuk diskusi kelompok kembali dimana masing-masing orang dalam kelompok menceritakan pengalaman terbaiknya dalam melakukan advokasi kemudian menentukan dan memilih salah satu cerita terbaik untuk dipresentasikan. Hasilnya mereka mampu menguraikan mulai dari bagaimana menentukan isu dalam advokasi, menentukan tujuan, bagaimana proses perencanaan dilakukan, langkah2 advokasi sampai kepada keberhasilan yg dicapai. Pada titik ini lagi-lagi ternyata mereka dapat belajar bersama di dalam kelompok dan tugas saya hanya memfasilitasi bagaimana proses belajar bersama itu bisa berlangsung dan terjadi transpormasi pengetahuan diantara mereka.
Pada sesi perencanaan, saya minta mereka membayangkan perubahan yang terjadi pada 3 tahun kedepan, merumuskannya menjadi visi praktis dan kemudian membuat langkah-langkah strategisnya. Kemudian saya langsung masuk ke RTL, dengan memberikan pertanyaan apa langkah-langkah yang mereka bisa lakukan dalam waktu 3 bulan kedepan.
Sesi akhir pertemuan saya tutup dengan presentasi penutup yang berisi beberapa kalimat pertanyaan renungan dan kalimat bijak yang kemudian bersama-sama menyanyikan lagu "imagine"nya Jhon Lennon. Walau saya tidak sempat melakukan evaluasi di hari ke-2 (hari terakhir) namun saya dapat menangkap energi yang positip dari para peserta yang kelihatan tetap antusias.
Saya puas saya dapat menyelesaikan tugas saya sebagai fasilitator dengan baik walau ditengah kondisi yang kurang mendukung dan malah di akhir sesi saya mendapatkan energi positip yang cukup kuat. Berani menerima tantangan? lakukan dengan vibrant yang sepenuh hati!

Wednesday, September 26, 2007

Recharge

Dalam satu bulan terakhir, saya jarang sekali di kantor maupun ikut berbagai pertemuan formal. Saya diundang banyak balai adat dari komunitas masyarakat adat di kawasan Meratus dalam acara Aruh Adat Bewanang yang biasanya dilakukan selama 4 - 6 hari-malam. Aruh adat ini dilakukan sebagai ungkapan puji dan sukur setelah semua padi mereka di panen dari ladangnya. Hampir setiap tahun saya mesti menyediakan waktu untuk menghadari acara aruh tersebut, banyak balai adat yang mengundang untuk datang namun tentu tidak semua bisa saya datangi, karena kalau semua saya datangi mungkin selama tiga bulanan saya hanya akan keliling-keliling saja dari aruh adat di satu balai ke balai lainnya.
Apa yang menarik dari acara aruh adat tersebut sehingga saya mesti menghadirinya? Bagi saya selain memenuhi undangan mereka, bersilaturrahmi dan juga yang sangat terpenting saya selalu menikmati acara ritual mereka dalam melakukan "batandik" menari-nari mengelilingi segala macam "sesajen" yang diletakkan di tengah-tengah balai (rumah) adat dengan diiringi "mantera" dan musik tradisional mereka. Biasanya saya membiarkan diri saya ikut larut dalam irama musik dan hentakan kaki-kaki para "balian" yang menari-nari dan membacakan doa-doa mereka walaupun saya sendiri tidak mengerti apa yang mereka ucapkan. Sementara para "balian" itu sendiri terus menerus melakukan acara ritual siang dan malam tanpa tidur selama upacara berlangsung. Mereka berada dalam alam spiritualitas sehingga mampu tidak tidur selama berhari-hari. Kiranya suara musik, mantra-mantra dan keyakinanlah yang membantu mereka berkelana dalam alam spiritual sehingga mampu mengatasi kondisi fisik tanpa mesti kelelahan walaupun tidak tidur selama berhari-hari. Luar biasa! rupanya mereka sudah "vibrant" duluan dalam menggunakan kemampuan otak kanan dan imajinasinya dimana melalui ritual adat mereka mengoptimalkan kemampuan otak mereka dalam menjelajahi dunia maya untuk kembali kedunia sesungguhnya.
Saya sendiri selalau memanfaatkan suasana upacara tersebut untuk me-recharge kembali energi saya yang terkuras oleh berbagai aktivitas keseharian pekerjaan di kantor. Dan biasanya setelah itu saya selalu merasa nyaman dan penuh inspirasi atau paling tidak membangkitkan kembali antusiasme dalam diri saya.