Tuesday, December 19, 2006

Tes Toefl

Besok Rabu tanggal 20 Desember 06 ada tes ITP Toefl di Pusat Pelayanan Bahasa UI Salemba untuk para calon kursus Political Ecology dan Amdal yang diorganisir oleh WALHI. Saya termasuk salah satu peserta yang akan mengikuti tes tersebut. Target para peserta minimal mesti mencapai nilai 520, sebuah target yang cukup tinggi bagi saya dan beberapa kawan yang b ing-nya cukup payah. Memang dalam sebulan terakhir kami "disekolahkan" di PPB UI Salemba agar bisa mengejar Toefl yang disyaratkan. Sayangnya kursus sebulan di PPB UI tersebut tidak begitu optimal karena kurikulum yang mestinya berlangsung 6 bulan dibuat menjadi sebulan (jadinya harus mengebut), scedule yang maju mundur dari Eknas, tes dilakukan sebelum kursus selesai dan khususnya untuk saya sendiri ketinggalan pelajaran selama dua hari karena mesti mengikuti pertemuan di Kaltim + satu minggu karena sakit. Namun apapun yang terjadi, besok mesti ikut tes dan mesti sukses! Saya bisa! Are you sure? Yes!

Thursday, December 14, 2006

Terinfeksi Cacar Air

Hampir seminggu sudah aku terinfeksi penyakit menular “cacar air” atau dalam istilah kesehatan disebut sebagai Varisela, Chickenpox. Penyakit ini disebabkan oleh virus varicella-zoster yang menimbulkan ruam pada kulit berupa sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar maupun menonjol, lepuhan berisi cairan serta keropeng, dan terasa gatal. Gejalanya sudah mulai terasa pada jumat malam tanggal 8/12 lalu dimana aku merasa tidak enak badan dan agak meriang alias demam. Namun waktu itu aku tidak curiga sama sekali bahwa itu gejala cacar sehingga aku cenderung lalai untuk memperkuat daya tahan tubuhku dan membiarkan diriku terus beraktivitas, ikut diskusi dengan mas Yoyok dan kemudian pergi ke Bandung untuk bantu fasilitasi TOT GSMnya WALHI Jabar.

Aku memang belum pernah kena cacar sebelumnya, walaupun dulu waktu sekolah dasar aku pernah diimunisasi cacar namun ternyata kali ini tidak mampu membentung penyakit tersebut. Dan yang menjadi persoalan besar bagiku adalah waktunya yang tidak tepat, dimana penyakit ini menginfeksi diriku ketika aku lagi menjalani kursus singkat bahasa Inggris di Jakarta dan tidur di kantor Eknas WALHI dengan fasilitas ”ala kadarnya”. Penyakit ini membuat aku sudah 4 hari tidak bisa masuk belajar dan kemungkinan besokpun aku belum bisa ikut kursus. Payahnya lagi kawan-kawan tidak membolehkan aku mandi, katanya cacarnya akan semakin banyak jika kena air, belakangan aku baru tahu hal tersebut merupakan informasi yang salah karena justru jika kena cacar kita dianjurkan untuk mencuci kulit atau mandi sesering mungkin dengan sabun atau air yang diberi obat antiseptik.

Kata ilmu kesehatan, jika kita sudah pernah kena cacar air, maka kita tidak akan pernah kena lagi karena kita sudah memiliki kekebalan. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster. Gejalanya mulai timbul 10 – 21 hari setelah terinfeksi. 24-36 jam setelah timbulnya gejala awal, muncul bintik-bintik merah datar (makula). Kemudian bintik tersebut menonjol (papula), membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel) yang terasa gatal, yang akhirnya akan mengering. Proses ini memakan waktu selama 6-8 jam. Selanjutnya akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan yang baru. Pada hari kelima, biasanya sudah tidak terbentuk lagi lepuhan yang baru, seluruh lepuhan akan mengering pada hari keenam dan menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari.

Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau bahkan berakibat fatal dengan terjadinya komplikasi berupa , Pneumonia karena virus, peradangan jantung, peradangan sendi, peradangan hati, infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa), Ensefalitis (infeksi otak).

Bagaimana cara mengobatinya?
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang mengandung mentol atau fenol.
Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya:
- kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun
- menjaga kebersihan tangan
- kuku dipotong pendek
- pakaian tetap kering dan bersih

Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-virus asiklovir. Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan aspirin. Obat anti-virus boleh diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir biasanya diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat. Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit jika diberikan dalam wakatu 24 jam setelah munculnya ruam yang pertama. Obat anti-virus lainnya adalah vidarabin.

Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.

Tulisan lengkap tentang cacar bisa anda dapat di http://www.medicastore.com/

Sekarang aku dalam proses sembuh dan memang harus segera sembuh. Aku mesti sehat, masuk kursus lagi dan ujian toefl tanggal 20/12. Godbye cacar!

Wednesday, December 13, 2006

Bandung Berenergi

Saya diminta mas Dani Monggoro untuk bantu fasilitasi di hari pertama TOT GSM di Bandung. Sebenarnya sebelum berangkat dari Jakarta ke Bandung badan saya sudah mulai demam, namun karena saya sudah janji dan juga saya memang belum pernah pergi ke Bandung maka saya paksakan untuk tetap pergi.

Hangat dan penuh energi! Itulah suasana di ruang pelatihan yang ada di kantor WALHI Jabar pada sabtu tanggal 9 Desember kemarin ketika saya berkumpul dengan 15 orang trainer Bandung untuk berbagi gagasan tentang “training as strategi” untuk memperbanyak kaum Environmentalist dan membangun Green Studient Movement (GSM).

Menarik memang dan sekaligus menjadi tantangan terlibat fasilitasi dengan peserta yang sebagian besar adalah mereka yang malang melintang didunia fasilitasi karena rata-rata mereka adalah fasilitator baik untuk pendidikan lingkungan maupun untuk berbagai pelatihan di kampung-kampung dan pertemuan lainnya.

Walau sebenarnya dalam kondisi sakit, saya berusaha tampil sehat dan semangat karena saya yakin bahwa antusiasme dapat menular. Selain itu sebenarnya agak keder juga melihat pesertanya kebanyakan para senior, namun saya coba untuk tidak pedulikan (ranjah tarus jar bahasa banjar) dan focus pada proses yang mau saya gunakan. Vibrant! Hasilnya, hari itu saya dan peserta mampu berbagi energi positip. Dan sepanjang saya fasilitasi, karena saking semangatnya dan terbawa arus energi yang terbangun bersama peserta saya sampai lupa bahwa saya lagi sakit. Luar biasa!

Tuesday, December 5, 2006

Contextual Teaching & Learning

Beberapa waktu lau ketika saja jalan-jalan di Gramedia di Balikapapan Kalimantan Timur, saya tertarik pada sebuah buku tentang metode mengajar-belajar "contextual teaching & learning". Ini sebuah konsep learning yang menjadikan kegiatan belajar-mengajar menjadi mengasyikan dan lebih bermakna. Mengapa demikian? Karena sistem belajar ini berjalan dengan mengkaitkan isi dari pembelajaran-pelajaran dengan pengalaman (konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya) peserta belajar itu sendiri, sehingga mereka menemukan makna (hubungan) dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Artinya seorang pembelajar akan mau dan mampu menyerap materi pelajaran jika mereka dapat menangkap makna dari pembelajaran tersebut. Menurut saya konsep ini bagus untuk digunakan oleh kawan-kawan para fasilitator maupun para pendidik dan trainer di kalangan aktivis Ornop.

Contextual teaching & learning atau disingkat menjadi CTL merupakan perkembangan metode belajar-mengajar yang paling terkini yang berawal dari gerakan akar rumput di amrik sana. CTL menurut saya merupakan salah satu konsep yang dapat menjawab berbagai kebuntuan konsep pembelajaran saat ini yang cenderung parsial dan "kering". Konsep pendidikan kita selama ini cenderung memisahkan antara pengetahuan dan tindakan sehingga ini menyebabkan cara berpikir yang terkotak-kotak dan tidak terhubung dengan kelakuan. Pengetahuan hanya sekedar pengetahuan tanpa mampu menemukan konteksnya sehingga dapat memberikan makna (wajar saja negara ini tidak maju-maju walaupun kita cukup banyak memiliki orang-orang pandai).

Kebetulan saat ini kami sedang mengembangkan training reguler berkenaan dengan lingkungan bagi para mahasiswa, pelajar dan pemuda yang berusia sekitar 18 - 22 tahun. Sekarang sudah angkatan ke-3 dan bulan depan akan menyusul angkatan ke-4. Salah satu metode yang kami gunakan adalah accelerated learning yang juga merupakan metode belajar yang cukup canggih. Dan pertemuan saya dengan metode CTL saya kira akan semakin menyempurnakan dan menambah bobot dari training yang kami kembangkan tersebut.

Sunday, December 3, 2006

Entrepreneur

"Sekarang merupakan era entrepreneur karena pekerjaan tidak lagi memberikan jaminan yang aman", tulis Michael Leboeuf seorang pakar manajemen kelas dunia. Dia melihat perkembangan ekonomi global menyebabkan tingkat kompetisi yang semakin tinggi dan mendorong dilakukannya efesiensi dengan mengembangkan teknologi yang semakin canggih. Pekerjaan tidak bisa didapatkan begitu saja dan investasi tidak dapat dijadikan pegangan karena mereka bisa pergi kapan saja mereka mau untuk mencari tempat dimana upah buruh terampil lebih murah dan ada pasar lokal yang lebih besar. Namun masalahnya adalah sejarah sosial dan ekonomi bangsa ini tidak memberikan dorongan kepada rakyatnya untuk menempuh jalur entrepreneurship. Berbagai inisiatif, gagasan dan kreatifitas untuk membangun kemandirian rakyat bangsa ini dipangkas atas nama "pembangunan ekonomi" yang sarat modal. Sehingga jadilah rakyat kita tergantung sampai tidak mampu lagi untuk mementukan nasibnya sendiri. Oleh karenanya kita butuh para entrepreneur, yaitu orang-orang yang mampu mengubah sumber-sumber dari ranah produktivitas dan hasil yang lebih rendah ke dalam ranah produktivitas dan hasil yang lebih tinggi secara kreatif dan mandiri.

Intrepreneurship tidak hanya dibutuhkan dalam dunia bisnis. Dalam membangun gerakan lingkungan maupun gerakan sosial lainnya kita juga butuh para entrepreneur. Dimana menurut saya seorang entrepreneur juga merupakan seorang pelopor yang mampu mendorong kelompok atau orang-orang untuk terus maju bergerak membangun budaya lingkungan dan kekuatan sosial baru. Dan dia melakukan tanpa kenal lelah, menemukan gagasan-gagasan baru yang cerdas, mengujinya dan terus mewujudkannya.

Kariwaya Blog

Sebenarnya sudah lama saya ingin bikin blog pribadi sendiri dan akhirnya baru hari ini saya bisa melakukannya. Blog ini saya beri nama "Kariwaya" yang namanya saya ambil dari nama sebuah jenis pohon yang ada di Kalimantan, sejenis pohon beringin yang besar, rimbun dan mempunyai banyak cabang akar dimana banyak satwa liar yang berlindung dan memakan buahnya terutama berbagai jenis burung. Nama "Kariwaya" terlintas ketika saya mencoba berpikir dan mencari-cari nama yang bagus untuk blog saya ini, agar dia lebih bermakna dan bukan hanya sekedar nama. Kariwaya mengambarkan visi sebagai seorang environmetalis.

Sampai blok ini dibuat saya sebenarnya belum punya format yang pas dan tepat tentang isi dari blog ini. Pikiran saya lebih kepada bagaimana saya punya wadah untuk menuangkan berbagai pikiran dan pengalaman ataupun pengetahuan lainnya disamping untuk memicu saya agar rajin menulis. Prinsipnya lakukan dan sempurnakan sambil jalan, karena kadang banyak diantara kita yang terlalu membuang waktu hanya untuk menyempurnakan konsep sesuatu namun akhirnya tanpa bisa beranjak kepada aplikasinya.

Selamat datang di blog "Kariwaya". Saya akan terus berkarya, terus membangun mimpi-mimpi baru yang lebih bermakna dan bangkit untuk mewujudkannya. "Environmental Justice for All"